pakah payung membenci atau mencintai hujan? Aku bertanya kepada pantun, dan dia menjawab, “sampiran dan pesan padaku sudah jauh terpisah, dan aku bukan lagi aku!” Dan kau mencoba mempertemukan dengan payung dan hujan. Jalan kota, taman, dan sirene ambulans, memberi kata padaku, “Sedia payung…,” sebelum suara lain, “…dan biarkan hujan,” kata payung itu. Dan kau mungkin tahu…
Buku ini berkidah tentang Jakarta pada sepuluh tahun setalah Indonesia merdeka. Semua orang ingin bicara dan didengar. Semua orang berebut minta diurus. Semua masih semrawut dan kacau, sementara gagasan-gagasan besar baru mulai tumbuh. Koran mengambil peran tetapi preman-preman masih sangat garang.